Andy Flores Noya lahir di
Surabaya, Jawa Timur, 6 November 1960,
Andy sebenarnya lulusan sekolah teknik. Begitu lulus SD sang timur Di
Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini melanjutkan sekolah di
Sekolah Teknik lalu ke STM Jayapura. Tidak sampai tamat, ia pindah ke
Jakarta dan melanjutkan ke STM 6 Jakarta. Meski demikian, sejak kecil
dia sangat jatuh cinta pada dunia tulis-menulis. Kemampuannya menggambar
kartun dan karikatur semakin membuatnya memilih dunia tulis menulis
sebagai jalan hidupnya. Oleh sebab itu begitu lulus STM,
walau mendapat
beasiswa untuk melanjutkan ke IKIP Padang, Andy memilih mendaftar ke
Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Politik
Jakarta).
Sebenarnya Andy tidak
diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut sebab kampus tidak menerima
lulusan STM. Namun karena tekadnya menjadi wartawan sudah sedemikian
membara, akhirnya Andy "Naik banding" dan menemui Rektor Sekolah Tinggi
Publisistik Ali Mochtar Hoeta Soehoet. Kepada sang rektor Andy Noya
mengungkapkan suara hatinya. Akhirnya sang rektor menyerah dan
memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes masuk, dengan catatan
(syarat) dia harus meminta surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan
Tinggi. Selain itu, apabila di kemudian hari nilai mata kuliah Andy
jelek, dia harus keluar. Ternyata prestasi Andy bagus dan kuliahnya pun
berlanjut.

Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia hendak
terbit (1985), Andy diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, pimpinan di
Grafitipers, salah satu anak usaha Tempo. Maka Andy tercatat sebagai 19
reporter pertama di harian itu. Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy
diajak oleh Fikri Jufri wartawan senior Tempo untuk memperkuat majalah
Matra yang baru diterbitkan oleh Tempo. Andy tertarik lalu bergabung.
Matra agaknya bukan pelabuhan terakhirnya. Pada 1992 datang tawaran dari
Surya Paloh, pemilik surat kabar Prioritas yang waktu itu dibreidel,
untuk bergabung dengan koran Media Indonesia yang mereka kelola. Maka sejak itulah Andy kembali ke surat kabar.

Pada 1999, RCTI menghadapi masalah. Terjadi gejolak dikalangan wartawan
program berita Seputar Indonesia berkaitan dengan adanya ketentuan yang
mengharuskan PT Sindo, anak usaha RCTI yang menaungi Seputar Indonesia,
untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Bersama wartawan senior
Djafar Assegaff, Andy diutus untuk membantu. Tugas utama adalah memimpin
Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi ke RCTI.
Pada
tahun 2000, Metro TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil Andy
kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga tahun
kemudian (2003) Andy ditarik kembali ke Media Indonesia dan menjadi
pemimpin redaksi di surat kabar umum terbesar kedua itu. Memasuki tahun
2006, saat pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco mengundurkan diri, Andy
Noya, yang kini menjadi wakil pemimpin umum di Media Indonesia, diminta
merangkap menjadi pemimpin redaksi Metro TV menggantikan Don Bosco.
Di
saat itulah andy kemudian mulai belajar jurnalistik televsisi secara
menyeluruh. Ia pun dipercaya menjadi Host salah satu acara yang judulnya
diambil sendiri dari namanya, yaitu
Kick Andy,
sebuah acara talk show yang disiarkan oleh Metro TV dan tayang setiap
Jum'at malam. Dalam perjalanan kariernya Andy pernah menjadi host
program Jakarta Round Up kemudian Jakarta First Channel di Radio Trijaya
selama lima tahun (1994 sampai dengan 1999).
0 comments:
Post a Comment
Saya masih butuh saran dan kritik