Pages

Kopi Asin

Friday, January 21, 2011 0 comments
Seorang pria bertemu dengan seorang gadis di sebuah
pesta, si gadis tampil luar biasa cantiknya, banyak
lelaki yang mencoba mengejar si gadis. Si pria
sebetulnya tampil biasa saja dan tak ada yang begitu
memperhatikan dia, tapi pada saat pesta selesai dia
memberanikan diri mengajak si gadis untuk sekedar
mencari minuman hangat. Si gadis agak terkejut, tapi
karena kesopanan si pria itu, si gadis mengiyakan
ajakannya.

Dan mereka berdua akhirnya duduk di sebuah coffee
shop, tapi si pria sangat gugup untuk berkata apa-apa
dan si gadis mulai merasa tidak nyaman dan berkata,
"Kita pulang aja yuk...?!?".

Namun tiba-tiba si pria meminta sesuatu pada sang
pramusaji, "Bisa minta garam buat kopi saya?" Semua
orang yang mendengar memandang ke arah si pria, aneh
sekali! Wajahnya berubah merah, tapi tetap saja dia
memasukkan garam tersebut ke dalam kopinya dan
meminumnya.

Si gadis dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu bisa
punya hobi seperti ini?"

Si pria menjawab, "Ketika saya kecil, saya tinggal di
daerah pantai dekat laut, saya suka bermain di laut,
saya  dapat merasakan rasanya laut, asin dan sedikit
menggigit, sama seperti kopi asin ini. Dan setiap
saya minum kopi asin, saya selalu ingat masa
kanak-kanak saya, ingat kampung halaman, saya sangat
rindu kampung halaman saya, saya kangen orang tua saya
yang masih tinggal di sana."

Begitu berkata kalimat terakhir, mata si pria mulai
berkaca- kaca, dan si gadis sangat tersentuh akan
perasaan tulus dari ucapan pria di hadapannya itu. Si
gadis berpikir bila seorang pria dapat bercerita bahwa
ia rindu kampung halamannya, pasti pria itu mencintai
rumahnya, peduli akan rumahnya dan mempunyai tanggung
jawab terhadap rumahnya.

Kemudian si gadis juga mulai berbicara, bercerita juga
tentang kampung halamannya nun jauh di sana, masa
kecilnya, dan keluarganya.

Suasana kaku langsung berubah menjadi sebuah
perbincangan yang hangat juga akhirnya menjadi sebuah
awal yang indah dalam cerita mereka berdua. Mereka
akhirnya berpacaran. Si gadis akhirnya menemukan bahwa
si pria itu adalah seorang lelaki yang dapat memenuhi
segala permintaannya, dia sangat perhatian, berhati
baik, hangat, sangat peduli ... betul-betul seseorang
yang sangat baik tapi si gadis hampir saja kehilangan
seorang lelaki seperti itu!

Untung ada kopi asin!

Kemudian cerita berlanjut seperti layaknya setiap
cerita cinta yang indah... sang putri menikah dengan
sang pangeran dan mereka hidup bahagia selamanya,dan
setiap saat sang putri membuat kopi untuk sang
pangeran, ia membubuhkan garam di dalamnya, karena ia
tahu bahwa itulah yang disukai oleh pangerannya.

Setelah 40 tahun, si pria meninggal dunia, dan
meninggalkan sebuah surat yang berkata, "Sayangku yang
tercinta, Mohon maafkan saya, maafkan kalau seumur
hidupku adalah dusta belaka. Hanya sebuah kebohongan
yang aku katakan padamu ... tentang kopi asin.

Ingat sewaktu kita pertama kali jalan bersama? Saya
sangat gugup waktu itu, sebenarnya saya ingin minta
gula tapi malah berkata garam. Sulit sekali bagi saya
untuk merubahnya karena kamu pasti akan tambah merasa
tidak nyaman, jadi saya maju terus. Saya tak pernah
terpikir bahwa hal itu ternyata menjadi awal
komunikasi kita!

Saya mencoba untuk berkata sejujurnya selama ini tapi
saya terlalu takut melakukannya, karena saya telah
berjanji untuk tidak membohongimu untuk suatu apa pun.

Sekarang saya sekarat, saya tidak takut apa-apa lagi
jadi saya katakan padamu yang sejujurnya, saya tidak
suka kopi asin, betul-betul aneh dan rasanya tidak
enak. Tapi saya selalu dapat kopi asin seumur hidupku
sejak bertemu denganmu, dan saya tidak pernah
sekalipun menyesal untuk segala sesuatu yang saya
lakukan.

Memilikimu adalah kebahagiaan terbesar dalam seluruh
hidupku. Bila saya dapat hidup untuk kedua kalinya,
saya tetap ingin bertemu kamu lagi dan memilikimu
seumur hidupku, meskipun saya harus meminum kopi asin
itu lagi.

Air mata si gadis betul-betul membuat surat itu
menjadi basah. Kemudian hari bila ada seseorang yang
bertanya padanya, apa rasanya minum kopi pakai garam?

Si gadis pasti menjawab, rasanya manis.

==============================================
Kadang anda merasa anda mengenal seseorang lebih baik
dari orang lain, tapi hanya untuk menyadari bahwa
pendapat anda tentang seseorang itu bukan seperti yang
anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi asin
tadi,...

Tambahkan Cinta dan Kurangi Benci karena terkadang
garam terasa lebih manis daripada gula.

Brand Seorang Individu di Ranah Daring

0 comments
Saat kita punya profil Facebook, Twitter, Kaskus, atau apapun di ranah internet, dan membukanya supaya bisa diakses semua orang, sebenarnya kita mengenalkan diri kita di ranah publik. Semua orang bisa membaca tindakan yang kita lakukan melalui aktivitas kita di dunia maya. Saat kita punya blog dan mengisinya dengan pemikiran kita, maka kita mengenalkan audiens ranah daring dengan isi otak kita.
Di ranah daring, orang lain mungkin cuma mengenal wajah kita dari avatar atau foto profil di social media kita. Mereka tak tahu bagaimana cara kita bicara, cara kita berjalan, atau gestur tubuh kita saat bercakap-cakap. Namun mereka bisa menciptakan persepsi di benak mereka saat membaca tulisan kita. Mereka bisa menduga saat membaca tulisan kita di blog misalnya, kalau seseorang itu paham betul tentang dunia social media, atau seseorang itu romantis karena kata-kata tulisannya, atau seseorang itu maniak bola karena pilihan topik blognya.
Di Twitter pun sama, setiap tweet kita menimbulkan persepsi di benak follower kita. Kalau pada dasarnya kita suka bercanda di Twitter, persepsi yang terbangun di benak orang lain adalah kita orang yang menyenangkan (padahal belum tentu juga karakter asli kita itu sama menyenangkannya). Kalau kita suka berbagi info seputar kesehatan, maka yang terbangun di benak orang lain adalah kita adalah seorang yang memang ahli di bidang itu.
Setiap perwakilan aksi yang kita lakukan mencerminkan brand yang ingin kita bangun. Brand tidak hanya milik perusahaan atau organisasi atau produk. Brand juga bisa dipersonifikasikan. Pada umumnya orang lebih banyak mengasosiasikan brand dengan elemen grafisnya, seperti logo atau tagline. Sebenarnya brand lebih dari itu. Brand adalah esensi atau janji yang akan disampaikan atau dirasakan. Saat kita mendengar nama Donald Trump, Al Gore, Michael Jackson, atau bahkan Justin Bieber, di otak kita akan terbangun sederetan kata-kata yang merepresentasikan karakteristik mereka. Itulah brand.
Lalu bagaimana saat seorang individu di Twitter mewakilkan akunnya ke orang lain? Orang sesibuk Tifatul Sembiring misalnya, tak akan mungkin sempat menuliskan tweet rutinnya sendiri. Baru saja ia mengakui kalau ia dibantu oleh 2 orang stafnya untuk mengisi tweet-nya. Tidak ada yang salah dengan itu, sepanjang pemilik akun bertanggung jawab terhadap isinya.
Yang biasanya sulit adalah bagaimana tim penulis tweet itu bisa tetap menjaga karakteristik pemilik akunnya. Tim harus memahami karakter brand yang diwakilkan, agar setiap pilihan katanya tidak malah membuat follower-nya menjadi asing. Si pemilik akun juga harus rajin mengaudit setiap tweet yang muncul, mengecek apakah masih sejalan dengan karakteristiknya. Kalau sampai yang terbangun di benak pembacanya tidak sesuai dengan rencana/harapan pemilik akun Twitter, maka pastilah ada yang salah dalam perencanaan komunikasi brand-nya.
Sekarang coba deh Anda tanyakan ke teman-teman Anda. Apa persepsi mereka tentang diri Anda? Mungkin Anda bisa bikin akun di Threewords.me, lalu minta teman-teman Anda untuk menyebutkan 3 kata yang merepresentasikan diri Anda. Kata-kata yang paling banyak muncul bisa jadi adalah karakter brand Anda di dunia maya. 

http://media-ide.bajingloncat.com/2011/01/17/brand-seorang-individu-di-ranah-daring/

Wujud Cinta

0 comments
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai
sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati
saya
ketika bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun
dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah,
alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang
menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2
sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.
Rasa sensitif-nya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis
dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya
akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya,
bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan"
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya,
apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya dia bertanya,
"Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan
pelan,
"Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di
dalam hati saya,
saya akan merubah pikiran saya:
"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung
dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya
besok.".
Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar
kertas
dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat
yang
bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya
untuk menjelaskan alasannya.".
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya kembali.
"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya
dan akhirnya menangis di depan monitor,
saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki
programnya.".
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu,
dan membukakan pintu untukmu ketika kamu pulang.".
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru
yang kamu kunjungi,
saya harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk
mengarahkanmu.".
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu'datang setiap bulannya, dan
saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.".
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
'aneh'.
Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah
atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami
hari
ini.".
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu,
saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti,
saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.".
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai,
menikmati
matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakanwarna-2 bunga yang bersinar
dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi
kematianku.".
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari
saya
mencintaimu.".
"Untuk itu, sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.
Sayang, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain
yang dapat membahagiakanmu.".
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,
tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya kembali.
"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk
tinggal dirumah ini,
tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana
menunggu jawabanmu.".
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku,
dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau
bahagia.".
Saya segera berlari dan membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu
dengan wajah penasaran
sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari
dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita
karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita
inginkan,
maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah
kita bayangkan
sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan
kita,
dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".
---------------------------------

Wujud Cinta

0 comments
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai
sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati
saya
ketika bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun
dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah,
alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang
menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2
sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.
Rasa sensitif-nya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis
dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya
akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya,
bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan"
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya,
apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya dia bertanya,
"Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan
pelan,
"Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di
dalam hati saya,
saya akan merubah pikiran saya:
"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung
dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya
besok.".
Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar
kertas
dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat
yang
bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya
untuk menjelaskan alasannya.".
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya kembali.
"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya
dan akhirnya menangis di depan monitor,
saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki
programnya.".
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu,
dan membukakan pintu untukmu ketika kamu pulang.".
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru
yang kamu kunjungi,
saya harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk
mengarahkanmu.".
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu'datang setiap bulannya, dan
saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.".
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
'aneh'.
Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah
atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami
hari
ini.".
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu,
saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti,
saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.".
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai,
menikmati
matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakanwarna-2 bunga yang bersinar
dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi
kematianku.".
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari
saya
mencintaimu.".
"Untuk itu, sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.
Sayang, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain
yang dapat membahagiakanmu.".
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,
tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya kembali.
"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk
tinggal dirumah ini,
tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana
menunggu jawabanmu.".
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku,
dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau
bahagia.".
Saya segera berlari dan membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu
dengan wajah penasaran
sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari
dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita
karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita
inginkan,
maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah
kita bayangkan
sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan
kita,
dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".
---------------------------------

Gadis Dengan Setangkai Mawar

0 comments
John Blanford berdiri tegak dari bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat dalam hatinya tetapi tidak mengenal wajahnya, seorang gadis dengan setangkai mawar.

Lebih dari setahun yang lalu John membaca buku yang dipinjam dari Perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleon. Hollis tinggal di New York dan John di Florida. John mencoba menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di tanah yang subur dalam hati masing2 dan jalinan cinta merekapun tumbuh.

John berkali-kali meminta agar Hollis mengirimkannya sebuah foto. Tetapi sang gadis selalu menolak, kata sang gadis "Kalau perasaan cintamu tulus, John, bagaimanapun rupaku tidak akan merubah perasaan itu, kalau saya cantik, selama hidup saya akan bertanya-tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya karena saya cantik saja, kalau saya biasa2 atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kesepian dan tidak ada orang lain lagi dimana kamu bisa mengadu. Jadi sebaiknya kamu tidak usah tahu bagaimana rupa saya. Sekembalinya kamu ke New York nanti kita akan bertemu muka. Pada saat itu kita akan bebas untuk menentukan apa yang akan kita lakukan."

Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pukul 6 sore setelah perang usai. "Kamu akan mengenali saya, John, karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kera bajuku", kata Nona Hollis.

Pukul 6 kurang 1 menit sang perwira muda semakin gelisah, tiba2 jantungnya hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya ramping, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya.... Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga mawar seperti yang telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi kemudian John
melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekumtum mawar merah di kerahya.
"O.... itu Hollis!!!!"

Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi 2 ingin lari mengejar sang gadis cantik tetapi pada sisi lain tidak ingin menghianati Hollis yang lembut dan telah setia menemaninya selama perang. Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan
menyapanya "Nama saya John Blanford, anda tentu saja Nona Hollis, bahagia sekali bisa bertemu dengan anda, maukah anda makan malam bersama saya?"

Sang wanita tersenyum ramah dan berkata "Anak muda, saya tidak tahu apa artinya semua ini, tetapi seorang gadis yang berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau anda mengajak saya makan maka saya diminta untuk memberitahu anda bahwa dia menunggu anda di restoran di ujung jalan ini, katanya semua ini hanya ingin menguji anda."

 
Belajar Menulis dan Memberikan informasi © 2011 | Designed by Blogger Templates Gallery