Pages

Wujud Cinta

Friday, January 21, 2011
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai
sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati
saya
ketika bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun
dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah,
alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang
menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2
sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang
anak yang menginginkan permen.
Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan.
Rasa sensitif-nya kurang.
Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis
dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya
akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya,
bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan"
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,
tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat
mengekspresikan perasaannya,
apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya dia bertanya,
"Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan
pelan,
"Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di
dalam hati saya,
saya akan merubah pikiran saya:
"Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung
dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.
Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya
besok.".
Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar
kertas
dengan coret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat
yang
bertuliskan....
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya
untuk menjelaskan alasannya.".
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya.
Saya melanjutkan untuk membacanya kembali.
"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya
dan akhirnya menangis di depan monitor,
saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki
programnya.".
"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah,
dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu,
dan membukakan pintu untukmu ketika kamu pulang.".
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru
yang kamu kunjungi,
saya harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk
mengarahkanmu.".
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu'datang setiap bulannya, dan
saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.".
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
'aneh'.
Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah
atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami
hari
ini.".
"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu,
saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti,
saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.".
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai,
menikmati
matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakanwarna-2 bunga yang bersinar
dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi
kematianku.".
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari
saya
mencintaimu.".
"Untuk itu, sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.
Sayang, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain
yang dapat membahagiakanmu.".
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,
tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya kembali.
"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya.
Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk
tinggal dirumah ini,
tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana
menunggu jawabanmu.".
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan
barang-barangku,
dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau
bahagia.".
Saya segera berlari dan membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu
dengan wajah penasaran
sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari
dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang
dari hati kita
karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita
inginkan,
maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah
kita bayangkan
sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan
kita,
dan bukan mengharapkan wujud tertentu.
Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".
---------------------------------

0 comments:

Post a Comment

Saya masih butuh saran dan kritik

 
Belajar Menulis dan Memberikan informasi © 2011 | Designed by Blogger Templates Gallery